Komputer sudah menjadi bagian hidup masyarakat kota. Banyaknya pengguna peranti ini memunculkan beragam komunitas penggemar software dengan kefanatikannya tersendiri. Salah satunya adalah Komunitas Apple Macintosh.
Komunitas Apple Macintosh adalah sekumpulan penggemar peranti lunak Macintosh. Mereka adalah orang-orang yang gemar mengoperasikan komputer dengan program Macintosh. Program yang dibuat oleh perusahaan komputer Amerika, Apple ini relatif belum begitu luas penggunanya.
Banyak anggota Macintosh yang mengenal program ini sejak masih kanak-kanak. Namun, ada pula yang mengenal Macintosh secara kebetulan. Meski memiliki beragam alasan, rata-rata dari mereka memilih Macintosh karena jarang terkena virus.
Adinoto Abdul Kadir (32), konsultan teknologi informasi di Bandung, mengaku mengenal komputer sejak berumur delapan tahun. Ketika duduk di bangku SMA, dia mulai mengenal Macintosh. Dalam jangka waktu empat tahun setelah aktif menggunakan Macintosh, Adinoto bisa bekerja di sebuah perusahaan komputer di Bandung.
Sementara Malahayati (24), karyawan Bursa Efek Jakarta, baru bergabung dengan Komunitas Apple Macintosh sekitar tiga bulan lalu. Namun, dia sudah satu tahun memakai program Macintosh.
Malla, panggilan akrab Malahayati, mengenal Macintosh setelah dia memakai i-Pod, salah satu hardware keluaran Apple yang bisa digunakan untuk memutar musik MP3, mengedit gambar foto, dan lain-lain.
Sebagai pengguna, Malla merasa program yang dipakai dalam i-Pod ternyata agak susah digabungkan dengan program komputer yang ada. Kemudian, dia mencari tahu program lain yang bisa memenuhi keinginannya. ”Di situlah saya baru mengenal Macintosh,” kata Mala.
Lain lagi pengalaman Dirgayuza Setiawan (16). Pelajar kelas II Sekolah Pelita Harapan Bukit Sentul, Bogor, ini mengenal Macintosh secara kebetulan. Awalnya, dia mendapat tugas presentasi tentang sekolahnya kepada orangtua murid. ”Begitu siap presentasi, tiba-tiba makalah presentasi yang sudah disiapkan tidak bisa diakses karena terkena virus,” kata Dirgayuza yang akrab dipanggil Yuza.
Kejadian ini membuat Yuza penasaran. Yuza yang sudah bolak balik ”berhadapan” dengan virus ini merasa tak puas. Dia mencoba mencari program alternatif selain program yang sudah ada dan banyak dikenal orang.
”Tetapi, setelah tanya sana-sini sama teman, ternyata tidak ada yang bisa mengoperasikan Macintosh,” kata Yuza.
Yuza kemudian mencari informasi soal Macintosh melalui mesin pencari (search engine) pada internet dan menemukan salah satu komunitas Apple Macintosh. Oleh karena ingin belajar Macintosh, Yuza lalu bergabung dengan komunitas ini sekitar setahun lalu.
Tambah pintar
Meski baru sebentar bergabung dengan komunitas Apple Macintosh, banyak manfaat yang bisa dipetik Malla dan Yuza. Malla sekarang sudah mengerti soal desain yang bisa dibuatnya melalui program Photoshop dan Illustrator.”Padahal, tadinya aku blank banget soal Macintosh. Yang aku tahu cuma mengetik doang,” kata Mala.
Setelah sering ikut kumpul-kumpul, Mala menjadi lebih tahu soal Macintosh. Mala mulai senang berkelana di dunia maya dengan Macintosh dan mencoba-coba membuat desain.
Dia lebih menyukai tampilan Macintosh yang dianggap lebih menarik dibandingkan dengan program lainnya. Apalagi untuk urusan dengan internet. Program yang sering diakses Mala adalah iTunes untuk memutar musik dan film serta program iPhoto untuk mengedit dan mengorganisasi foto.
Sementara itu, Yuza mengaku menjadi lebih pintar setelah bergabung dengan Komunitas Apple Macintosh. Setiap ada acara kumpul-kumpul, Yuza selalu menimba ilmu dari para senior. Menurut Yuza, kumpul-kumpul menjadi ajang saling bertukar ilmu. Yuza yang tadinya tak tahu apa-apa soal Macintosh secara bertahap mulai bisa memakai internet dan akhirnya bisa menggunakan program Grapher untuk membuat grafik.
Tampilan grafik yang menarik membuat Yuza semakin penasaran mengutak-atik komputer. Secara bertahap pula dia bisa menguasai ilmu desain grafis. Semua ilmu itu dia dapatkan tanpa sekolah formal, tetapi diperoleh melalui para anggota mailing list komunitas id-mac. Keahlian ini bisa dimanfaatkannya untuk mencari uang.
Sepulang dari sekolah, sekitar pukul 16.00 Yuza mengerjakan job yang diterimanya, seperti membuat brosur, billboard, dan poster. Dalam satu bulan, Yuza bisa mendapat tiga sampai empat pekerjaan. Hasil yang diterimanya relatif lumayan. Dalam waktu tiga bulan Yuza bisa menutup modal Rp 20 juta yang digunakan untuk membeli laptop Apple berikut program Macintosh-nya.
Pelatihan
Acara kumpul bersama anggota komunitas Apple Macintosh bukan sekadar bertukar informasi, tetapi juga menjadi tempat menggali ilmu. Melihat antusiasme pengguna Macintosh, Adinoto berniat membuat program pelatihan.Pelatihan dilakukan agar anggota komunitas bisa mengoperasikan Macintosh dengan maksimal. Selain mencari ilmu, acara kumpul bersama juga digunakan untuk saling bertukar program baru. Saling mengenal antarsesama anggota komunitas juga bisa menjadi sarana pelepas ketegangan.
Adinoto mengatakan, komunitas Apple Macintosh sudah ada sejak tahun 1996. Anggotanya sekarang lebih dari 1.000 orang. Menurut Adinoto, komunitas Apple Macintosh tak berhenti sebagai mailing list saja. Dengan anggota yang memiliki beragam keahlian, komunitas ini bisa dikembangkan sebagai sebuah usaha.
Menurut Adinoto, beberapa anggota komunitas sering berbagi job. ”Kalau ada proyek, sering dibagi-bagikan sesuai dengan keahliannya masing-masing,” kata Adinoto.
Untuk mengerjakan proyek itu ditunjuk seorang manajer proyek. Sebagian penghasilan dari proyek itu kemudian disumbangkan untuk uang kas bagi keperluan komunitas.
Mitos Macintosh
Tidak banyak orang mengenal program Macintosh. Padahal, sebenarnya program ini sudah masuk ke Indonesia sejak puluhan tahun lalu. Menurut Adinoto, hal ini terkait dengan mitos yang melekat pada software buatan produsen komputer Apple.Beberapa mitos yang sering dikaitkan dengan software ini di antaranya :
Hanya bagus untuk grafik
Menurut Adinoto, pemahaman ini sudah melekat dalam benak masyarakat Indonesia sejak lama. Padahal, pengguna terbesar komputer di Indonesia lebih banyak menggunakannya untuk keperluan mengetik, menyimpan data, akses internet, dan lain-lain. Menurut Adinoto, Macintosh sudah memiliki program semacam Microsoft Office yang bisa juga dibuka melalui program Windows.
Macintosh juga memiliki banyak sarana seperti yang dibutuhkan oleh anak muda. Menurut Yuza, salah satu pengguna Macintosh, ada program iLife yang bisa digunakan oleh anak muda. Aplikasi iLife berisi bermacam program, seperti iPhoto, iMovie, iDVD, dan iTunes.
Mahal
Sejak zaman dulu, komputer Apple Macintosh memang dikenal mahal. Menurut Adinoto, hal itu disebabkan Apple belum menciptakan komputer dengan spesifikasi sederhana. ”Ibarat mobil, Apple hanya menciptakan mobil dengan isi silinder (cc) tinggi,” kata Adinoto. Akan tetapi, sekarang Apple sudah banyak menciptakan komputer yang lebih murah. Orang sering mengatakan komputer ini mahal karena membandingkan komputer Macintosh dengan komputer rakitan.
”Software” susah dicari
Beberapa pengguna Macintosh memang mengeluhkan sulitnya mendapatkan software di pasaran. Mereka menganggap software Macintosh jumlahnya sangat sedikit. Adinoto mengatakan, sebenarnya setiap program yang ada di pasaran memiliki versi Macintosh. Menurut Adinoto, versi Macintosh ini memang tidak banyak ditemukan bajakannya. (IND)
No comments:
Post a Comment